tugas komunikasi massa
Welcome
to my blog, I just do my Assigment from my lecturer
Dalam hal ini ijinkan saya untuk mendiskripsikan para elit politik yang
telah lihai memainkan perannya sebagai aktor utama di negara Indonesia. Para
aktor politik yang sebagian adalah para pengusaha dan kini mulai menjajaki
dunia perpolitikan, mengerahkan semua raga, cara, dan usahanya demi meraih
kepentingan mereka sendiri. Kepentingan Ini memang bagian dari dunia
perpolitikan, yang selalu mengedepankan kekuasaan demi meraih apa yang mereka
inginkan. Mereka maju dengan cara jitu, pelan namun pasti. Terjun ke dunia
politik dengan menggunakan media massa sebagai alat perantaranya. Sebut saja
ini adalah Konglomerasi media, konglomerasi media adalah cara aktor politik
memainkan perannya untuk menjajaki negara dengan menggunakan media massa. Media
masa yang banyak mereka gunakan adalah Televisi.
Mengapa para elit
politik menggunakan televisi sebagai alat perantara ???
Yaa.. dari semua media komunikasi yang
ada, televisilah yang paling banyak berpengaruh dalam kehidupan manusia. Hampir
semua masyarakat Indonesia mempunyai Televisi, seakan-akan Televisi sekarang sudah
menjadi kebutuhan primer. (“tanpa
Televisi hidup mereka tidak akan
update katanya”). Rata-rata orang Indonesia menghabisakan waktu untuk menonton
Televisi sekitar 7 jam per hari. Sehingga mereka bisa mengerti informasi yang
sedang hangat setiap harinya. Dengan begini para elit politik memanfaatkan
momentumnya. Selain itu, Televisi merupakan media yang sangat praktis,
masyarakat dibuat manja oleh televisi, kita tak harus banyak berfikir, tak
perlu menggunakan banyak indra, hanya mendengar dan melihat kita bisa tau apa
yang mereka iklankan.
Fungsi televisi sama dengan fungsi
media massa yang lainnya, seperti internet, koran, radio, dll, yaitu memberi informasi,
memotivasi, menghibur serta membujuk. Tetapi fungsi memberi informasi sekarang
perlu kita telaah kembali. Karena apa ?? kembali lagi, untuk menjadi sesuatu
yang besar dan berharga banyak orang menggunakan nafsunya. Dalam artian, para
elit politik selalu menggunakan nafsunya (dengan cara membalikkan fakta yang
ada) untuk membesarkan namanya sendiri. Begitulah kepentingan politik, kita
sebagai masyarakat yang awam ada baiknya kita menjadi orang yang netral saja.
Ketika kita menonton berita yang memang berita itu dari stasiun TV swasta yang
umunya mereka tidak netral dan saling membenarkan dirinya masing-masing sebaiknya
kita mulai membandingan berita tersebut dengan berita di stasiun TV yang netral
(stasiun TV milik pemerintah).
Berita.. harusnya
disajikan secara fakta, peristiwa yang memang benar-benar sudah terjadi. Tapi
yang kita lihat sekarang, Hari-hari
ini media kehilangan banyak visi, seperti mempunyai harga tapi tak mempunyai
harga diri. Bayar saja, seperti manipulasi bodoh para penguasa berdasi. Memang
tidak semuannya, tapi banyak. Sehingga yang benar benar menjadi samar. Banyak berita yang
disajikan oleh stasiun TV swasta tidak sesuai dengan fakta yang ada, mereka
seakan-akan hanya untuk menarik emosional seseorang tanpa megedepankan
faktanya. Lantas apa bedanya berita dengan infotement ?? ini adalah permainan
aktor utama atau pemilik stasiun televisi yang mengedepankan nafsunya, sehingga
mereka membalikkan faktanya demi citra namanya sendiri. Siapa yang bisa
melarangnya ?? tohh itu memang stasiun TV milik mereka sendiri. Buktinya sudah
terlihat jelas ketika kita melihat berita di TV tentang perhitungan suara
kemarin. Yaa.. tidak usah saya ceritakan sudah banyak yang paham bukan ?? Seperti kita
ketahui pada masa perhitungan suara
pemilu semua stasiun TV tidak ada yang kita ketahui itu netral , karena apa ?
netral tidak ada uangnya, memang uang segalanya , tapi ketahuilah suatu karma
itu pasti akan datang
Konglomerasi
media sangat rapi permainannya, persaingannya demi merebut apa yang mereka
inginkan dengan mengatas namakan rakyat Indonesia tetapi kontras dengan fakta
yang ada. Suka mengalihkan isu menutupi
masalah besar dengan memunculkan masalah lain yang lebih sensitive Televisi
adalah sebuah benda elektronik yang secara umum bertujuan untuk memberikan
informasi, menghibur . tetapi pada zaman ini Televisi seakan akan menggunakan
manfaat tersebut dengan bertujuan untuk kampanye. Siapa yang berhak
melarangnya/ memang pada dasarnya semua adalah kepentingan pribadi, kepentingan
rakyatnya dimana ? hanya mengelabuhinya.
Jika kita lihat para politisi selalu memainkan
permainannya dengan cara yang halus tapi sangat licik. Mereka beradu sangat
licik hingga tak satupun mau mengalah, mereka menggangap dirinya paling benar. Stasiun TV “A”
berbicara menjatuhkan nama “X” sedangkan stasiun TV “B” selalu memunculkan
kemuliaan nama “X”. Begitulah persaingan politik yang terjadi di Indonesia
kemarin saling menjatuhkan untuk mendapatkan kemenangan.
Seharusnya media
massa itu memperhatikan pemirsa, menyediakan apa yang pemirsa inginkan. Karena
sejujurnya masyarakat indonesia butuh hiburan untuk merefresh otaknya bukan
malah nambah-nambahin pikiran seseorang dan memancing perasaan seseorang untuk
beradu. Karena apaa ?? setiap penayangan politik secara tidak sadar kita akan
diajak untuk patuh dengan apa yang mereka lihat. Untuk para elit politik yang
telah memenangkan persaingan, Jangan
sombonglah jadi orang. Karena kata
Lee
Kuan Yew “ketika kamu dengan
sombongnya karna sudah berada di atas
puncak gunung dan kamu hanya melihat orang dan menyepelekannya maka kamu akan disepelekan juga
dengan orang yang kamu lihat karena
kamu juga terlihat kecil dimata
mereka”.
Komentar
Posting Komentar