DUNIA KECIL DALAM KOTAK
Namaku
Ratih, lahir di kota Jogjakarta yang sedang mengembara nasib di ibukota. Saya
terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, Ayahku hanya seorang petani,
sedangkan ibuku adalah seorang ibu rumah tangga. Setiap hari saya diajarkan
kebaikan olehnya, pelajaran demi pelajaran membuahkan sebuah pengalaman yang
sangat berharga. Hidup dengan keadaan yang sederhana memicu saya untuk bangkit
dan mendobrak kasta menjadi satu langkah lebih maju. Memang sulit untuk membuat
perubahan, tapi saya percaya step by step yang dilakukan dengan penuh
keiklasan dan ketekunan pasti akan membuahkan hasil yang sangat mengesankan.
Hari
ini adalah hari terakhir saya duduk dibangku SMA , kebetulan sekolah saya
adalah sekolah Negeri yang selalu memberikan dorongan kepada semua muridnya
untuk berprestasi. Banyak prestasi yang telah saya raih, hampir semua lomba
yang diadakan saya ikut serta didalamnya. Dari berbagai lomba itu, saya mewakili
dan bisa mengharumkan nama sekolah. Karena prestasiku, banyak universitas yang
menawariku untuk berkarya dikampus mereka. Cita-cita saya begitu tinggi, ku
gantungkan cita-cita itu ke langit lapisan ke tujuh dengan harapan aku bisa
meraihnya. Pernah sekali saya iseng-iseng tanpa harapan mendaftarsi salah satu
universitas ternama yang ada di luar Negeri.
Hingga
suatu hari saya mendapat kabar bahwa saya telah diterima di universitas ternama
di Kanada Amerika. Bisa dibayangkan
betapa bahagianya, ketika bisa diterima di universitas ternama di Negara paman
SAM. Ini begitu sulit untukku, saya harus memutuskan memilih tetap belajar di
Negara sendiri atau pergi belajar ke Luar Negeri , banyak pertimbangan yang
harus saya pikirkan baik-baik. Terlebih lagi orang tua saya sudah mulai sepuh,
tak ada yang bisa menjaganya. Saya adalah tumpuan keluarga, anak pertama dari 2
bersaudara, jika saya harus pergi ke Luar Negri, lantas siap yang menjaga kedua
orang tuaku? Adikku masih kecil kelas dua Sekolah Dasar.
Bagiku
keluarga adalah harta satu-satunya yang paling berharga. Memang membanggakan
ketika saya bisa berkarya di Negara lain, tapi ini terlihat memalukan ketika
saya tidak bisa merawat kedua orangtuaku yang telah membesarkanku. Setelah
pertimbangan yang cukup matang saya memilih untuk menolak tawaran tersebut dan tetap
tinggal disini. Sempat kecewa, tapi saya berfikir bahwa ini memang jalan
terbaik. Prinsipku pasti selalu ada jalan lain ketika satu jalan telah
tertutup, meskipun jalan itu tak semulus jalan pertama. Saya tercipta dengan
jiwa yang pantang menyerah, saya suka belajar dan saya selalu berusaha untuk
bisa melanjutkan studi saya di perguruan tinggi.
Satu
email baru telah saya terima di pagi ini ketika saya sedang membantu Ibu
memasak di dapur, ini adalah email dari salah satu Universitas Tinggi di
Jakarta yang menyatakan bahwa saya diberikan kesempatan belajar di Universitas
tersebut melalui jalur beasiswa. Bahagia., tetapi tidak sebahagia ketika
menerima email tawaran sebelumnya. Kali ini tanpa berat hati kedua orangtuaku
mengijinkan untuk berkiprah di Ibu Kota. Saya pergi ke Jakarta untuk mengemba
ilmu sekaligus mengumbar nasib.
Pagi
itu ku tarik selimut dan bergegas ke kamar mandi , terdapat belasan kamar kos
wanita di tempat ini tapi hanya ada tiga kamar mandi. Ini memicuku untuk mengatur strategi yang rapi agar tidak
ikut antri berebut kamar mandi. Bangun pagi-pagi adalah siasat utamanya,
kemeja, rok span tiga per empat, dan flat
shoe sudah terpakai di badanku. Sambil bercermin dan mulai mengikat rambut
saya berkata “ini adalah baju kebanggaanku yang mencerminkan siapa diriku”.
Sebelum berangkat menuju kampus tercinta kutulis dalam kertas berwana hijau
yang segar “ku mulai hari ini dengan harapan baru” ku lipat kertas itu dan ku
letakkan di dalam kotak kaca kecil berwana bening. Ini adalah kotak penuh
harapan yang telah saya siapkan untuk mejadi teman beriringan hingga kuraih
kesuksesan itu.
Di
dalam angkot ketika perjalanan menuju kampus kulihat gedung tinggi yang
bertumpuk-tumpuk , sesekali ku menutup mata dan berharap suatu hari kelak saya
akan berada ditempat itu dengan semua karyawan yang sangat patuh denganku.
Kampus baruku begitu megah banyak mobil keluar masuk ditempat ini, hanya
beberapa orang yang terlihat jalan kaki sama sepertiku. Semua mahasiswanya
terlihat elegant, hampir seluruh
mahasiswa disini menggunakan mobil pribadi sebagai alat transportasinya,
menggunakan sepatu berhak tinggi, rambut terurai panjang, baju yang selalu
wangi terlihat tak pernah kusut, hingga handphone
yang canggih dan uptodate. Sangat kontras
dengan tampilanku, hanya menggunkan handphone
yang ala kadarnya, menggunakan baju yang harus dicuci setiap malam, rambut yang
selalu saya ikat, dan hanya menggunakan angkot sebagai alat transportasi. Tampilan
yang pas-pasan membuat saya menjadi mahasiswa yang terbelakang Perbedaan ini
tidak menjadikan saya menjadi minder, ini adalah pacuan saya untuk menjadi maju
kedepan.
Saya
percaya semuanya bisa berubah ketika saya mendapat jalannya. Bukan tampilan
yang bersaing di kampus ini, bagi saya otak yang bersaing. Cantik memang
penting, tapi dunia ini terlalu keras ketika hanya bermodalkan paras, dipuji
karena cantik memang menyenangkan tapi dipuji karena prestasi lebih
membanggakan bagiku. Saya bangga dengan hidupku, selalu bersyukur tanpa minder
sedikitpun dan saya siap untuk bersaing. Persaingan dimulai ketika saya
mendapatkan kabar bahwa antara jalur beasiswa dengan jalur biasa kelasnya tidak
terpisah. Sedikit kabar yang tidak menyenangkan, mulai terbayang jika satu
kelas dengan gadis-gadis manja bermulut pedas.
Bella, dia adalah nama pesaing terberat
dikelas, perempuan berparas cantik, berhati lembut, bertutur kata sopan, ramah
tidak pernah sombong, dan juga berotak brilliant.
Bella juga orang kaya yang setiap berlibur selalu keluar Negeri, tak lupa ia
selalu membawakan bingkisan untuk semua teman sekelasnya dan yang paling
penting dia selalu memberikan bingkisan special
untuk dosen. Semua orang pasti akan merasa bahagia ketika mendapat bingkisan, hal
itu sama dengan dosenku ikut berbahagia ketika menerima bingkisan pemberian
Bella. Harta memang bisa merubah segalanya termasuk sikap, pikir saya dalam
hati.
Entah
mengapa saya mulai iri dengannya, setiap hari hampir semua dosen terkagum-kagum
dengannya setelah ia presentasi. Ini menjadi sifat buruk bagi saya, secara ilmu
memang saya pesaingnya, tetapi secara materi saya jauh dibandingkannya. Dia punya
segalanya, mulai dari teman sekelas, teman luar kelas, senior, junior, dosen,
ibu kantin, satpam kampus, hingga tukang parkir semua begitu peduli dengannya.
Dia sangat humble dengan semua orang,
bagaikan perempuan yang dilahirkan tanpa kekurangan. Dunia ini seakan tidak
adil , saya sangat iri melihatnya, tapi saya tidak mampu untuk melebihinya.
Hampir
setiap hari Bella selalu mendapat surprice
dari salah satu senior hitz yang banyak orang bilang itu adalah pacarnya. Senior itu selalu memberikan bunga setiap hari
kepada Bella, selalu membawakan makanan dari kantin ketika Bella sibuk di
kelas. Saya sangat iri dengannya hanya iri sementara, bukan membencinya. Saking
iri dengan kehidupan Bella, setelah pulang dari kampus saya selalu menulis cerita
khayalan kedalam sebuah kertas berwana-warni dengan maksud menghibur diri. Berjam-jam
saya luangkan waktu untuk berimaginasi, dengan harapan saya bisa seperti Bella
yang berparas cantik, kaya , pinter dan ramah. Sifatnya patut dicontoh dia selalu bersikap
baik kepada semua orang, meskipun orang itu tidak menyukainya termasuk saya.
Dia punya segalanya tapi tak pernah lupa untuk tetap rendah hati. Dari Bella
lah saya belajar untuk rendah hati.
“ Ratih.. presentasimu
sangat bagus sekali (dengan diberi seikat bunga mawar berwarna putih)”
Saya
cantumkan tulisan ini di kertas berwana pink dengan harapan saya bisa seperti
dunia Bella, yang baru tadi pagi diberi bunga oleh kekasihnya juga rangkaian huruf
bertulisan I LOVE YOU karena telah menyelesaikan presentasi dengan hasil yang
maksimal. Saya selalu mengganti nama Bella dengan namaku sendiri didalam kertas
berwarna-warni itu. Saya biarkan Imaginasi ini berkembang,
“Ratih.. buku yang kamu
pesan kemarin sudah ada, nanti saya antar kerumah kamu”
“Ratih..saya pinjam tas
kamu yang kemarin”
“Ratih.. senior yang
kemarin meminta pin BB kamu”
“Ratih..nanti malam
kita ketemu di starbuck”
“Ratih nanti kita
kumpul sama senior, pake mobil aku aja, kamu nanti aku jemput”
Begitu
seterusnya imaginasi ini berkembang mengikuti dunia Bella yang saya kemas
dengan kata-kata bertuliskan namaku “Ratih” dalam sebuah kertas berwarna-warni.
Satu per satu kertas warna-warni layaknya pelangi itu memenuhi sebuah kotak kaca
kecil milikku. Kotak imaginasi yang sangat berharga, seakan dunia imaginasiku
yang tinggi itu ada dalam sebuah kotak. Setiap malam aku membacanya, sambil
tersenyum berharap khayalan itu akan menjadi kenyataan. Saya seperti memiliki
dua dunia, dunia kepastian yang nyata dan dunia khayalan sebelum tidur. Ini adalah
cara saya membuat iri itu menjadi bermanfaat, karna menurut saya iri itu hanya sifat
sementara.
Ayah
saya selalu menanamkan statement kepada
saya bahwa jangan sekali-sekali iri dengan seseorang yang berada diatas
tingkatanmu, memang ia memiliki semuanya, tapi pecayalah sesuatu itu bukan
milik kamu, Tuhan telah menciptakan kita sesuai porsinya masing-masing. Jadi
saya percaya , kalaupun saya sekarang seperti Bella yang hidupnya bergelimang
harta, semua orang care dengannya,
mungkin saya tidak kuat menghadapi dunia itu sebab untuk tetap ramah kepada
orang itu susah dijalankan. Terlebih lagi biasanya orang yang sudah banyak
memiliki harta yang berlimpah pasti akan menganggap remeh kepada semua orang
yang ada dibawahnya. Saya percaya itu memang bukan porsi saya, porsi saya hanya
menjadi seseorang yang berparas biasa tapi punya mainset yang luar biasa.
Suatu
malam saya melihat Bella sedang duduk sendiri ditempat nasi goreng
langganannya, karna saya selalu berimaginasi tentang dunianya saya merasa salah
tingkah dan malu untuk menyapanya , saya berpura-pura tidak melihatnya dan
bahkan tidak menegornya .
“Ratih.. mau kemana ?”
terdengar suara bella yang menyapaku.
Sungguh
saya malu mendengar sapaan itu, Bella yang tercipta dengan kesempurnaan saja
tetap selalu menegur, tapi saya yang hanya manusia biasa malah sombong
dengannya, lantas cepat-cepat saya jawab sapaan Bella
“Saya mau beli nasi
goreng ini bell, kebetulan tempat kos tidak ada stok makanan”.
Bella
meminta saya untuk makan bersama ditempat itu, saya tidak bisa menolaknya. Kita
makan nasi goreng ditempat ini , Bella terlihat sedang kesepian, ketika saya
bertanya apa yang telah membuatnya sedih. Ia lantas menceritakan kehidupannya
yang kurang sempurna. Bella tinggal hanya dengan seorang pembantu, kedua orang
tuanya telah bercerai dan sudah menikah masing-masing. Hanya sebatang kara, tak
ada yang peduli dengannya, selama ini Bella selalu humble dengan semua teman tapi teman memang tak selamanya ada
disaat dia kesepian. Kasih sayang yang tulus hanyalah kasih sayang dari
orangtua kata Bella. Ayah dan keluarga barunya tinggal di Bali sedangkan Ibu
dan kekasih barunya tinggal di Singapure, Bella lebih memilih hidup di Jakarta
untuk melanjutkan hidupnya dengan seorang pembantu bernama mbok Suti yang setia
menemaninya dari kecil .
Mbok
Suti adalah satu-satunya orang yang selalu mengajarkan kebaikan kepadanya,
mendidiknya dari kecil hingga kini Bella sudah tumbuh dewasa. Dari mbok Sutilah
Bella belajar rendah hati, tapi hari ini mbok Suti memutuskan berhenti dari
tempat kerjanya karena mbok Suti berfikir bahwa dia sudah tidak kuat bekerja
lagi, sudah dua puluh tiga tahun menemaninya. Bella terlihat sedih melepas mbok
Suti satu satunya orang yang selalu berada disampingnya, yang selalu bangga
akan semua prestasi Bella. Kehilangan orang yang disayangi memang terasa sulit,
“Saya nyata, saya ada
tapi kedua orang tuaku tak pernah pedulikanku, saya harus stay humble agar semua orang menyayangiku, agar semua orang peduli
terhadapku, hanya mbok Suti satu-satunya orang yang bangga akan hasil
prestasiku, bersyukur kamu yang masih utuh orang tuanya, prestasimu selama ini
ada yang membanggakannya, sedangkan saya ? Hanya sia-sia... berada dipuncak
sendirian itu membosankan, sesekali mampirlah ke warung untuk meluangkan waktu
berbaur dengan orang lain itu penting, itu cara saya untuk struggle” kata bella.
Sejak
saat itu saya selalu bersyukur atas apa yang saya punya sekarang, saya masih
punya kedua orang tua yang utuh yang selalu support saya, yang selalu bangga dengan
hasil prestasi yang selama ini saya raih. Sedangkan bella, ?? hanya ia yang tau
arah hidup dia kedepannya, tak ada campur tangan orang tua yang bisa memberikan
solusi disaat sulit. Hanya bella yang memutuskan untuk memilih hidup
kedepannya. Dunia bella berkembang nyata melesat cepat tapi tak ada sanak
sodara yang ikut berbangga hati menikmati hasilnya. Kata pepatah Jawa
“Terkadang Hidup ini hanya sawang-sinawang”, kamu bisa melihat orang lain
berkembang nyata terlihat sempurna tanpa satuhal yang kurang tapi pasti ada
sisi kelemahannya.
Aku
mulai belajar banyak darinya, aku suka caranya yang selalu bisa struggle menghadapi semua terpaan
masalah dalam hidupnya, Harta memang penting bisa merebut perhatian semua orang
tapi keluargalah yang lebih penting. Support adalah dorongan utama ketika
sedang mengalami kegagalan. Sungguh perjuangan yang keras dan saya salut dengannya
, bangkit dari kegagalan tanpa dorongan orang tua. Saya turut iba dengan
hidupnya, dunianya memang luas tapi tak satupun orang yang ikut bangga akan
prestasinya. Bella bukan hanya inspirasi untuk tetap rendah hati dengan
siapapun tapi ia juga inspirasiku untuk tetap berjuang melawan setiap terpaan,
Kini
5 tahun sudah ku raih kesuksesanku, saya duduk digedung bertumpuk-tumpuk dengan
jabatan paling tinggi, “Boss” adalah nama yang sering mereka gunakan ketika
menyapaku. Telah ku lewati perjuangan yang panjang hingga aku bisa duduk
ditempat ini, ketika rintanganku begitu berat aku percaya bahwa aku bisa
struggle untuk melewati rintangan. Saya berani bermimpi dan berani berjuang
sendiri untuk meraih cita-cita. Tetap bersikap baik dengan semua orang juga saya
terapkan di kantor ini. Itu semua berkat kamu inspirasiku, sembari membaca
kertas warna-warni tulisanku dulu, telah kucapai semua imaginasi itu.
Hey
apa kabarmu wahai inspirasiku hidupku ? apa kabarmu duhai pesaing hidupku?
Sekarang aku mengerti apa yang kau rasakan, “Berada dipuncak sendirian itu
membosankan, sesekali mampir ke warung untuk meluangkan waktu berbaur dengan
orang itu penting” pelajaran berharga darimu. Karna kamu aku belajar bertahan
sendiri , karna kamu aku belajar arti bersyukur atas apapun, karna kamu saya
bisa tetap stay humble didepan orang-orang. Dimana kamu sekarang wahai
inspirasi hidupku ? kini duniaku tak lagi hanya khayalan dunia ini nyata bukan
di dalam kotak.
Komentar
Posting Komentar