Peran Roko Bagi Si Pecandu

Mentela’ah pelajaran ekonomi SMP, kita pernah mempelajari apa itu skala prioritas, ya adalah berbagai macam keperluan hajat kita dan kita dituntut harus mengedepankan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. 
Begitu pula pecandu rokok yang sudah akut, sipecandu memilih tak makan sehari, daripada tak merokok sehari. Karena baginya rokok adalah kebutuhan dan merupakan skala prioritas nomor wahid dalam kehidupanya.
Candunya mereka terhadap rokok mengalahkan kuatnya deraan rasa rindu layla terhadap majnun. Atau menyayangi kobaran semangat pengorbanan romeo terhadap juliet. Mungkin penganalogian ini terkesan berlebihan, tetapi ini pun bukan tanpa alasan. Mulai dari adanya slogan “Merokok Membunuhmu”, yang saat ini sedang gencar dikampanyekan dalam bentuk papan reklame, dengan sangat jelas dan kentara bisa kita lihat pada saat kita menyisir setiap sudut jalan raya, harganya yang setiap tahun selalu melonjak naik, serta kemasan dari setiap merk rokok yang saat ini dibubuhi dengan berbagai gambar anatomi tubuh yang menyeramkan yang rusak akibat menghisap asap rokok.
Namun ini tak menyurutkan langkah para perokok aktif untuk tetap membeli dan menghisap si batang kecil putih ini.
Sungguh Diluar Nalar !
Sebutlah Faqih (20), orang yang saya wawancarai mengenai artikel ini. Faqih sendiri adalah temen saya waktu nyantri salaf di tasik malaya. Saat mewancarainya pun saya mencoba untuk mengambil dan memotong satu batang rokok dari bungkusnya. Namun dengan gerakan replek bak ancang-ancang wong fei hung menghadang lawan, dia langsung menyambar rokok yang hendak saya patahkan tersebut. Dengan nada memelas ia berkata “ aduh jangan dipatahin ini (rokok) adalah paru-paru saya”
Sungguh ironi rokok yang bisa mengakibatkan paru-paru rusak, tetappi bagi perokok aktif, rokoklah paru-parunya dan ke ironian yang tidak kalah menarik ialah ketika menyantri pun kyai selalu menyinggung bahwa salah satu sifat makruh (yang dibenci) allah salah satunya adalah merokok. Namun santri yang notabennya tahu hukum agama, malah melanggar hukum agama tersebut. Dengan dalih hukum itu dho’if (lemah) tidak kuat dan rokok bisa dibersihkan dengan siwah atau sikat gigi, selain candu inilah alasan yang membuat atau para kaum sarungan untuk tetap menghisap barang yang mengandung zat nikotin ini, jika dikaitkan dalam ilmu komunikasi, inilah yang disebut perbedaan persepsi dalam kerangka berfikir.
Berawal dari ajang eksistensi diri
Dewasa ini kita ditemukan oleh fenomena-fenomena yang tak lazim dilihat, bahwa rokok telah menjadi keseharian dikalangan SMA, SMP, bahkan SD sekalipun ketika ada pertanyaan apa sebab muasal yang melatarbelakangi mereka untuk merokok? Dan kebanyakan dari mereka pula menjawab dengan ringan “biar kelihatan gaul aja” sehingga bisa kita tarik benang merah bahwasannya mulai dari ajang-ajang penunjukan jati diri inilah, tanpa mereka sadari mereka telah masuk dalam pusara candu yang tak terperikan.
Untuk memutus mata rantai candu rokok itu sendiri peran siapakah yang harus kita kaji secara lebih serius, peran orang tua kah yang kurang kontrol terhadap pola pikir dan tingkah laku sang anak, atau siperokok itu sendiri kah yang kurang bisa memfilter pergaulan negatif teman sebayanya.
Dari kebanyakan kasus, anak dibawah umur yang telah mengenal rokok telah dijembatani oleh teman sebayanya sendiri dengan berbagai hasudan atau cibiran “tak gaul jika tak merokok” disitulah ruang interaksi individu kita di uji terlena terhadap godaan kah kita ? atau bisa mem filter dengan apik. Namun sayang kebanyakan dari kita terlena terhadap hasudan agar tidak ditinggalkan oleh geng dan sahabatnya pilihan inilah yang nantinya menjadikan perilaku, hingga membentuk sebagian karakter kita diruang publik sebagai perokok aktif.
Sedangkan untuk peran serta pengawas orang tua sendiri masih terbilang kurang, karena terutama seorang bapak, mereka akan mendapati kendala dalam memberikan sosialisasi tentang bahaya sebuah rokok, karena kebanyakan di kita di bapak atau di kakeknya sebagai kaum sepuh sendiri ialah seorang perokok aktif.
Untuk bahayanya sendiri telah gamblang dijelaskan dalam kemasanya. “merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dini, gangguan kehamilan dan janin” semakin gencarnya larangan tersebut, semakin gencar pula iklan-iklan rokok dilayar televisi dengan menyajikan para bintang iklan yang keren-keren dengan berbagai macam kelebihan. Hal ini membuat kaula muda semakin bangga merokok.
Pajak rokok sendiri termasuk besar yang setiap tahunya disetor ke negara, mungkin inilah salah satu penyebab yang menjadikan pemerintah tidak begitu memperhgatikan secara khusus terhadap bahaya rokok dikalangan remaja.
Akhirnya, pada saat artikel ini hendak rampung sekalipun, selalu ada rasa miris bila melihat anak – anak dibawah umur atau bahkan ibu-ibu paruh baya yang telah berani tanpa malu dan ragu untuk menghisap sebuah rokok. Ada sedikit kata penyuntik semangat diakhir pojok artikel ini.
Memang candu rokok begitu sulit untuk dihentikan tapi ini hanya soal niat dan prioritas saja. Bismilah hari ini mungkin kita masih sulit melepas ketergantungan ini. Dan masih dalam perjalanan yang bagi sebagian orang ini adalah perbuatan menyimpang, meski se sederhana apapun nampaknya, hari ini pula semua itu harus dihentikan secara perlahan. Saya yakin pasti akan selalu ada jalan agar bisa terlepas dari candu rokok ini, karena ada banyak langkah yang bisa ditempuh agar kita tidak terlambat berubah.
Semangat................!

Komentar

Postingan Populer